Plastik Pembungkus Makanan, Berbahayakah Untuk Kesehatan?



Tulisan ini merupakan tanggapan atas artikel berjudul “Plastik Pembungkus Makanan Berbahaya Untuk Kesehatan” yang dimuat di harian Suara Merdeka pada tanggal 25 Juli 2007. Ada beberapa informasi yang dirasa kurang tepat dan berpotensi menimbulkan ketakutan secara berlebihan di masyarakat.

Berikut ini informasi-informasi yang dapat ditambahkan berkenaan dengan status keamanan penggunaan bahan-bahan plastik bagi kesehatan.

  1. Bahan plastik sebenarnya bukanlah bahan yang berbahaya bagi kesehatan, jika digunakan sesuai dengan keterbatasan sifat bahan tersebut. Keterbatasan bahan ini utamanya adalah dalam hal ketahanannya terhadap suhu tinggi. Kebanyakan bahan plastik akan melunak jika terpapar suhu mendekati 100 derajat celcius, yakni suhu dimana air mendidih, dan itu akan mengakibatkan kekuatannya berkurang. Namun demikian ada jenis plastik yang memang tahan hingga suhu sekitar 100 derajat celcius, misalnya polistiren dan melamin.
  1. Monomer yang merupakan bahan baku utama dalam pembuatan plastik sering diberitakan sebagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. Memang takkan pernah ada plastik kalau tidak ada zat monomer ini. Dan dalam produk akhir plastik memang masih ada kandungan monomernya, tetapi dalam jumlah yang teramat sangat kecil. Sementara factor ada atau tidaknya resiko tidak hanya bergantung pada bahaya atau tidaknya suatu bahan jika dikonsumsi, tetapi yang lebih penting adalah berapa banyak zat tersebut dikonsumsi. Hampir semua zat, bahkan yang kita konsumsi sehari-hari dan yang tidak dikonotasikan sebagai zat berbahaya, pada dasarnya adalah zat yang berbahaya jika dikonsumsi dalam jumlah besar, misalnya garam dan gula. Sebenarnya batas maksimum kandungan monomer dalam berbagai jenis plastik yang umum digunakan sehari-hari sudah diatur dalam Standar Nasional Indonesia (SNI). Batas maksimum kandungan monomer ini sebenarnya sudah menjamin keamanan bahan-bahan plastik dalam penggunaan sehari-hari. Amat sangat disayangkan bahwa artikel-artikel yang memberitakan tentang bahaya penggunaan bahan plastik sebenarnya justru mementahkan kembali aturan SNI yang sudah susah payah dirumuskan berdasarkan berbagai studi dan data-data ilmiah dan juga sudah didasarkan pada peraturan serupa di berbagai negara lain termasuk juga di negara-negara maju.
  2. Dalam artikel tersebut diatas juga disebutkan bahwa “Polivinyl chloride dan vinylidene chloride resin merupakan dioksin, yaitu senyawa kimia yang digolongkan sebagai penyebab utama kanker karena sifatnya yang sangat beracun”. Penyebutan polyvinyl chloride sebagai dioksin adalah sesuatu yang sangat salah. Dioksin yang dikenal di dunia ilmiah adalah sekumpulan zat (mungkin jumlahnya ada sekitar 40 zat atau lebih) yang bersifat sangat stabil atau sulit diolah, sehingga keberadaannya semakin lama semakin menumpuk (terakumulasi) di lingkungan sekitar kita. Berbagai studi ilmiah juga sudah membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara polyvinyl chloride dengan dihasilkannya dioksin di lingkungan, karena dioksin pada dasarnya dihasilkan dimana-mana melalui proses-proses yang biasa terjadi di sekitar kita, terutama pembakaran sampah, pembukaan lahan dan kebakaran hutan. Berbagai studi juga menyimpulkan bahwa sampah yang dibakar, baik dia mengandung polyvinyl chloride ataupun tidak, akan menghasilkan dioksin dalam jumlah yang sama saja. Jadi ada tidaknya polyvinyl chloride dalam sampah tidak mempengaruhi ada tidaknya dioksin dalam hasil pembakaran itu. Mengapa demikian? Karena polivinyl chloride bukanlah satu-satunya bahan yang mengandung atom klor disekitar kita. Bahkan terlalu banyak bahan-bahan disekitar kita yang mengandung atom klor, misalnya garam dapur (sehingga semua sampah makanan mengandung atom klor), kayu, daun, rumput, dan lain-lain, yang kalau dibakar, semuanya berpotensi menghasilkan dioxin. Dan sebenarnya dioksin memang ada dimana-mana, hampir semua tubuh manusia di dunia ini pun sudah mengandung kadar dioksin. Ini dikarenakan begitu banyaknya sumber dioksin disekitar kita. Jadi kalau hanya polivinyl chloride yang dipersalahkan sebagai sumber dioksin, itu adalah sangat tidak tepat.
Demikian sedikit informasi yang bisa ditambahkan berkenaan dengan artikel yang dimuat di harian ini beberapa waktu yang lalu.

Hormat saya, Dr.Indratmoko Hari Poerwanto Asia Pacific Vinyl Network (APVN – Indonesia) E-mail: indratmoko@asc.co.id

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama